Tangselmu.id
  • Beranda
  • Berita Terkini
    • Seputar Tangsel
    • Seputar Banten
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum & kriminal
    • Pendidikan
    • Ekonomi & Bisnis
    • Internasional
    • Sains & Teknologi
    • Kesehatan
    • Lifestyle
  • Info PDM Tangsel
    • Kajian Bulanan
    • Program Kerja
    • Kegiatan PCM & PRM
  • Info Persyarikatan
    • Himbauan PP
    • Kegiatan PWM
    • Ortom
    • Daerah
    • Aisyiyah
  • Tokoh
  • Kata Pakar
  • Opini
  • E-Library
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
    • Seputar Tangsel
    • Seputar Banten
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum & kriminal
    • Pendidikan
    • Ekonomi & Bisnis
    • Internasional
    • Sains & Teknologi
    • Kesehatan
    • Lifestyle
  • Info PDM Tangsel
    • Kajian Bulanan
    • Program Kerja
    • Kegiatan PCM & PRM
  • Info Persyarikatan
    • Himbauan PP
    • Kegiatan PWM
    • Ortom
    • Daerah
    • Aisyiyah
  • Tokoh
  • Kata Pakar
  • Opini
  • E-Library
No Result
View All Result
Tangselmu.id
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Info PDM Tangsel
  • Info Persyarikatan
  • Tokoh
  • Kata Pakar
  • Opini
  • E-Library

Perempuan dan Difabel dalam Krisis Iklim: Meneguhkan Peran di Tengah Ketimpangan

by Redaksi
21 Juni 2025
in Nasional
0
Perempuan dan Difabel dalam Krisis Iklim: Meneguhkan Peran di Tengah Ketimpangan

Keterangan: Nurhayati Ratna Sari Dewi (Sekretaris III Himpunan Difabel Muhammadiyah/HIDIMU Pusat) menyampaikan bahwa perempuan penyandang disabilitas kerap menghadapi diskriminasi ganda yang menghambat partisipasi mereka dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Tangselmu – Dalam rangka menyambut agenda Walk for Peace and Climate Justice, Eco Bhinneka Muhammadiyah menyelenggarakan diskusi publik edisi kedua bertajuk “Perjuangan Perempuan Pembela Tanah Air”. Diskusi ini bertujuan menggali pemahaman tentang keterkaitan perempuan dengan tanah air, tantangan berlapis yang dihadapi oleh perempuan dan penyandang disabilitas, serta peran strategis mereka dalam mendorong perubahan sosial.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini yaitu Dati Fatimah (Peneliti dan Konsultan Gender) dan Nurhayati Ratna Sari Dewi (Sekretaris III Himpunan Difabel Muhammadiyah/HIDIMU Pusat), dengan Pritty Dwi Arlista dari HIDIMU sebagai moderator.

Dalam pemaparannya, Dati Fatimah mengajak peserta untuk merefleksikan semangat Iduladha, terutama dari kisah Siti Hajar, sebagai simbol perjuangan menjaga kehidupan. “Jihad Siti Hajar adalah jihad menjaga kehidupan, dan ini relevan dengan perjuangan perempuan hari ini dalam menghadapi krisis iklim,” terangnya.

Hal ini, lanjut Dati, sekaligus menunjukkan pengakuan agama akan pentingnya jihad menjaga kehidupan. “Jihad ini mencakup langkah sederhana dan sehari-hari, seperti memastikan pangan dan air untuk keluarga. Pandangan yang sama, sangat bisa ditelusur di berbagai agama dan keyakinan lainnya,” ungkap Dati.

Menurut Dati, perubahan iklim bukan hanya isu lingkungan tetapi juga persoalan keadilan sosial dan keberlangsungan hidup, terutama bagi kelompok rentan. Ia menyebutkan data dari World Meteorological Organization yang menunjukkan lebih dari 184.000 jiwa meninggal akibat cuaca ekstrem sepanjang 2010–2019.

Di Indonesia sendiri, bencana seperti banjir, kebakaran hutan, dan cuaca ekstrem menjadi peristiwa yang paling sering terjadi hingga 2024. Namun, Dati menekankan bahwa dampaknya tidak merata. “Perempuan dan kelompok disabilitas menghadapi kerentanan yang jauh lebih besar,” ujarnya.

Dati juga memaparkan hasil penelitiannya tahun 2018 di Tambaklorok dan Ogan Komering Ilir, yang menunjukkan bagaimana perempuan menanggung beban berlapis dalam mengelola konsumsi pangan, air, energi, hingga keuangan keluarga di tengah krisis iklim. Ia menegaskan pentingnya memperkuat peran anak muda, khususnya generasi Z yang semakin sadar terhadap konsumsi ramah lingkungan, untuk mendorong aktivisme iklim yang lebih adil dan partisipatif.

Sementara itu, Nurhayati Ratna Sari Dewi menyampaikan bahwa perempuan penyandang disabilitas kerap menghadapi diskriminasi ganda yang menghambat partisipasi mereka dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Ia mengawali paparannya dengan menjelaskan definisi penyandang disabilitas berdasarkan UU No. 8 Tahun 2016, yaitu setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang, dalam berinteraksi dengan lingkungan, dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam masyarakat.

“Perempuan disabilitas sering kali menghadapi tantangan berlapis karena identitas ganda mereka. Kami tidak hanya menghadapi stigma sebagai perempuan, tapi juga sebagai difabel. Ini membuat akses terhadap pekerjaan, pendidikan, dan ruang publik menjadi jauh lebih sempit,” ujar Nurhayati.

Menurut Nurhayati, terdapat beberapa ragam disabilitas. “Ragam disabilitas sangat beragam—mulai dari fisik, intelektual, mental, hingga sensorik. Namun, yang sering luput dari perhatian adalah disabilitas psikososial, yang sangat jarang diberikan ruang dalam dunia kerja maupun layanan publik,” ungkapnya.

Nurhayati menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang ramah disabilitas. “Kami membutuhkan dukungan nyata, seperti pelatihan kerja yang disertai pendampingan psikososial, sistem kerja dari rumah, dan jam kerja yang fleksibel. Inilah bentuk akomodasi yang inklusif dan realistis,” imbuhnya.

Ia juga menekankan pentingnya aksesibilitas transportasi publik. “Transportasi umum yang aksesibel bukan hanya memudahkan mobilitas, tetapi juga menunjukkan bahwa negara hadir untuk semua warga, termasuk kami yang difabel. Jika transportasi ramah disabilitas diperluas, maka ruang partisipasi kami dalam masyarakat juga akan semakin terbuka,” tegas Nurhayati.

Perempuan dan penyandang disabilitas, dengan segala tantangan yang mereka hadapi, justru tampil sebagai penjaga kehidupan—melestarikan tanah dan air melalui ketangguhan sehari-hari yang sering luput terlihat. Dalam menghadapi krisis iklim, mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga menggerakkan perubahan sosial yang adil dan inklusif demi masa depan bumi yang lestari.

Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta dari berbagai organisasi kepemudaan lintas iman dan komunitas penyandang disabilitas. Sepekan setelah pertemuan ini, para peserta akan mengikuti sosialisasi cara berinteraksi dengan kelompok difabel, dan pekan berikutnya dilanjutkan dengan agenda Walk for Peace and Climate Justice.

Diskusi ini juga merupakan bagian dari program SMILE (Strengthening Youth Multifaith Leader Initiative on Climate Justice through Ecofeminism), sebuah inisiatif Eco Bhinneka Muhammadiyah untuk memperkuat kapasitas pemuda lintas iman dalam mengintegrasikan nilai spiritual, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan.

Tentang Program SMILE Eco Bhinneka Muhammadiyah

Eco Bhinneka Muhammadiyah saat ini tengah melaksanakan program Strengthening Youth Multifaith Leader Initiative on Climate Justice through Ecofeminism (SMILE), yaitu inisiatif untuk memperkuat kepemimpinan kaum muda lintas iman dalam menghadapi perubahan iklim melalui pendekatan keadilan gender dan ekofeminisme. Program ini mendorong keterlibatan aktif generasi muda—terutama perempuan dan kelompok disabilitas—dalam membangun kesadaran, pengetahuan, dan aksi konkret dalam mencegah serta menghadapi krisis iklim. Salah satu pelaksanaan utama program ini berada di kawasan Daerah Khusus Jakarta. Kegiatan Eco Bhinneka Muhammadiyah dapat diikuti melalui website ecobhinnekamuhammadiyah.org dan Instagram @ecobhinneka.

Tags: MuhammadiyahNasional

Related Posts

Refleksi HUT RI Ke 80, Haedar Nashir Serukan Indonesia Merdeka adalah Mandat untuk Mengabdi
Himbauan PP

Refleksi HUT RI Ke 80, Haedar Nashir Serukan Indonesia Merdeka adalah Mandat untuk Mengabdi

16 Agustus 2025
Buku “Media & Islam Berkemajuan” Kado Milad ke-110 Suara Muhammadiyah
Nasional

Buku “Media & Islam Berkemajuan” Kado Milad ke-110 Suara Muhammadiyah

13 Agustus 2025
Jembatani Pemikiran Islam Indonesia ke Dunia Arab, Dubes RI untuk Tunisia Serahkan Terjemahan Buku Buya Syafi’i
Nasional

Jembatani Pemikiran Islam Indonesia ke Dunia Arab, Dubes RI untuk Tunisia Serahkan Terjemahan Buku Buya Syafi’i

8 Agustus 2025
Gandeng Jurnalis, PP ‘Aisyiyah Gaungkan GEDSI dan Jurnalisme Inklusif
Aisyiyah

Gandeng Jurnalis, PP ‘Aisyiyah Gaungkan GEDSI dan Jurnalisme Inklusif

6 Agustus 2025
Mendorong Gaya Hidup Hemat Energi Berbasis Nilai Islami di Lingkungan Keluarga
Aisyiyah

Mendorong Gaya Hidup Hemat Energi Berbasis Nilai Islami di Lingkungan Keluarga

5 Agustus 2025
Haedar Nashir: Pak Rosyad Sholeh adalah Kamus Muhammadiyah yang Lengkap
Nasional

Haedar Nashir: Pak Rosyad Sholeh adalah Kamus Muhammadiyah yang Lengkap

30 Juli 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

  • Seputar Tangsel
  • Seputar Banten
  • Nasional
  • Politik
  • Hukum & Kriminal
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional

Info PDM Tangsel

  • Kajian Bulanan
  • Program Kerja
  • Kegiatan PCM & PRM

Info Persyarikatan

  • Himbauan PP
  • Kegiatan PWM
  • Ortom
  • Daerah
  • Aisyiyah

Tautan Terkait

  • Tokoh
  • Kata Pakar
  • Opini
  • E-Library
  • Muhammadiyah.id
  • Web PP Muhammadiyah

© 2025 tangselmu.id. All right reserved.

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
    • Seputar Tangsel
    • Seputar Banten
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum & kriminal
    • Pendidikan
    • Ekonomi & Bisnis
    • Internasional
    • Sains & Teknologi
    • Kesehatan
    • Lifestyle
  • Info PDM Tangsel
    • Kajian Bulanan
    • Program Kerja
    • Kegiatan PCM & PRM
  • Info Persyarikatan
    • Himbauan PP
    • Kegiatan PWM
    • Ortom
    • Daerah
    • Aisyiyah
  • Tokoh
  • Kata Pakar
  • Opini
  • E-Library

© 2025 Tangselmu.id. All right reserved.