Tangselmu – Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengingatkan para pejabat, kemerdekaan adalah mandat sejarah untuk mengabdi sepenuh hati. Pesan Haedar sangat jelas, jabatan publik bukan ruang untuk meminta, melainkan untuk memberi.
Dalam Pidato Kebangsaan memperingati 80 tahun Indonesia Merdeka, Sabtu (16/8/2025), Haedar menyampaikan rasa syukur atas capaian bangsa. Pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, hingga kehidupan beragama menurutnya menunjukkan banyak kemajuan yang patut diapresiasi. Namun, kemajuan itu harus terus diarahkan agar benar-benar menjadi jalan menuju cita-cita kemerdekaan.
Haedar menyoroti generasi muda, baik milenial maupun Gen Z, sebagai penentu arah bangsa pada era baru yang penuh tantangan global. Mereka disebutnya sebagai penerus estafet perjuangan yang tak boleh kehilangan idealisme dan komitmen kebangsaan.
Dalam pidatonya, Haedar juga memberi perhatian pada arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto. Ia menilai langkah presiden yang menekankan pembangunan sumber daya manusia, keberpihakan pada rakyat kecil, serta penegakan kedaulatan bangsa merupakan wujud political will yang patut diapresiasi.
“Patut diapresiasi political will Presiden Prabowo Subianto yang fokus pada pengembangan SDM berkualitas, mendorong pengusaha besar peduli bangsa, dan menegakkan kedaulatan bangsa,” kata Haedar.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa keberanian politik presiden tak boleh berhenti di tataran gagasan. Seluruh kementerian dan lembaga, menurut Haedar, harus bergerak dalam satu irama agar arah perubahan benar-benar terasa bagi rakyat. Tanpa itu, mandat konstitusi akan kehilangan makna.
“Yang terpenting, seluruh kementerian dan institusi pemerintahan hingga daerah mengikuti satu irama, sehingga memberi jalan dan harapan baru bagi masa depan Indonesia setelah 80 tahun merdeka,” ujarnya.
Haedar menegaskan bahwa amanat rakyat adalah amanat pengabdian. Para pejabat publik, katanya, wajib memegang teguh konstitusi dengan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
“Khusus bagi para petinggi negeri, jadikan Indonesia merdeka sebagai mandat untuk mengabdi sepenuh hati dalam menjalankan perintah konstitusi. Lindungi bangsa ini dengan tanggung jawab penuh, untuk memberi dan bukan meminta,” tegasnya.
Di tengah dunia yang semakin kompleks, Haedar mengingatkan pentingnya keberpihakan politik kepada rakyat kecil dan kesungguhan membangun sumber daya manusia. Ia menutup pidatonya dengan ajakan agar kemerdekaan dipahami sebagai gerak nyata, bukan sekadar simbol tahunan.
“Mari wujudkan Indonesia yang bersatu, berdaulat, rakyat sejahtera, dan Indonesia maju sebagaimana tema HUT kemerdekaan ke-80,” kata Haedar. (red.)