Penulis: Ahsan Jamet Hamidi – Ketua PRM Legoso, Tangerang Selatan
Editor: Dinar Meidiana
Sabtu, 15 Maret 2025, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tangerang Selatan mengadakan acara Kunjungan Ramadan 1446 H bekerja sama dengan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Pondok Cabe Ilir, Pamulang – Tangerang Selatan. Acara ini dihadiri oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Abdul Mu'ti, M.Ed. yang juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen RI)
Menurut Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah
(PRM) Pondok Cabe Ilir, Ma'ruf El Rumi, hajatan ini merupakan forum konsolidasi
antar seluruh pegiat dan pengurus Daerah, Cabang, dan Ranting Muhammadiyah di
Tangerang Selatan. PRM Pondok Cabe Ilir menjadi tuan rumah, dan alhamdulillah berhasil
menghadirkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dalam sesi pengajian, Sekretaris Umum PP
Muhammadiyah sekaligus Menteri PDM berkenan menyampaikan pesan keagamaan yang
sangat menarik dan penting untuk saya tulis, terutama yang berkaitan dengan
Al-Qur'an. Sebagai hamba Allah, kita harus menjadikan kitab suci tersebut
sebagai petunjuk hidup, pedoman dalam keseharian, serta sarana untuk meningkatkan
kualitas iman dan takwa kita. Mengapa hal ini penting? Karena hanya dengan iman
dan takwa, manusia akan memperoleh keselamatan dalam dua kehidupan: dunia dan
akhirat.
Al-Qur'an Sebagai Penyembuh Hati dan Petunjuk
bagi Seluruh Umat Manusia
Menurut pandangan Prof. Mu'ti, Al-Qur'an
disebut sebagai "Assyifa" (penyembuh bagi penyakit hati).
"Syifa'ul lima fissudur", sebagaimana tertulis dalam Surat Yunus ayat
57:
"Wahai manusia, sungguh telah datang
kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit)
yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
mukmin."
Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai penyembuh,
petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dalam Surat Al-Isra' ayat
82, juga disebutkan:
“Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang
menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi
orang-orang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.”
Jika kita telusuri lebih lanjut, kedua ayat
tersebut menjelaskan bahwa Al-Qur'an sengaja diturunkan untuk seluruh umat
manusia, bukan hanya orang-orang beriman atau muslim saja. Oleh karena itu, Al-Qur'an dimulai dengan seruan
"Kamu sekalian umat manusia", sebagaimana tercantum dalam Surat
Al-Baqarah ayat 185:
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur”.
Membaca Al-Qur'an dengan Hati yang Khusyuk
Al-Qur'an diturunkan untuk seluruh umat
manusia. Oleh karena itu, ia bisa menjadi obat, rahmat, dan petunjuk jika kita
beriman. Bagi mereka yang tidak beriman atau orang-orang zalim, Al-Qur'an
justru akan membuat mereka semakin merugi. Kunci dari manfaat Al-Qur'an adalah
iman—iman kepada Allah, iman kepada Al-Qur'an, serta iman kepada rasul dan malaikat.
Kunci utama iman kepada Allah adalah meyakini
bahwa Allah mengutus malaikat untuk menyampaikan wahyu-Nya, yaitu Al-Qur'an yang kemudian sampai kepada Rasulullah Nabi Muhammad Saw. hingga Al Quran itu
bisa sampai kepada kita semua saat ini. Ketika membaca Al-Qur'an, kita seolah sedang berhadapan dengan
Allah. Kita dapat membayangkan diri kita seperti Nabi Muhammad saat
menerima wahyu dari Malaikat Jibril dan menyampaikanya kepada para
sahabat. Oleh karena itu, sangat dianjurkan
untuk selalu berlindung kepada Allah dari godaan syaitan ketika hendak memulai
membaca Al-Qur'an.
Ketika membaca
Al-Qur'an, hendaknya kita juga harus melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Al-Qur'an adalah bacaan yang sempurna. Lebih dari sekadar membaca, kita
juga harus merenungkan dan mengkaji setiap ayatnya. Makna "membaca"
dalam konteks ini juga dapat diartikan sebagai "tala" -
"tilawah" yang artinya mengikuti sesuatu dengan sangat dekat, seolah
menempel. Jadi para pembaca memiliki semangat untuk memahami, mengikuti semua
isinya dengan hati yang sangat dekat.
Semangat yang perlu dibangun
ketika membaca Al-Qur'an adalah seperti Malaikat Jibril saat mengajarkannya
kepada Nabi Muhammad, lalu ia mengajarkannya kepada para
sahabat, kemudian diteruskan kepada umat setelahnya. Sebagian ulama
berpendapat, dalam mempelajari Al-Qur'an harus ada sanadnya. Belajar
Al-Qur'an tidak boleh hanya melalui internet atau aplikasi, tetapi harus ada
guru yang membimbingnya. Dengan cara ini, kita akan memperoleh pemahaman yang
benar dan terhindar dari penyimpangan.
Bagi yang membaca
dan mengimani ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an, maka Allah akan
mengangkat derajat mereka di sisi-Nya. Orang-orang yang mengamalkan Al-Qur'an
dengan sepenuh hati akan menjadi pribadi yang berilmu, terampil, dan rendah
hati. Mereka akan menjadi bagian dari masyarakat yang penuh dengan pengetahuan
dan keterampilan, dan tidak akan pernah merasa rendah diri. Itulah makna dari
membaca Al-Qur'an dengan sempurna.
Tidak Ada Batas Usia
dalam Mempelajari Al-Qur'an
Al-Qur'an juga diyakini
bisa menyembuhkan "penyakit dalam dada" yang oleh sebagian ulama
diartikan sebagai kebodohan. Orang bodoh tidak akan bisa mendapatkan
manfaat dari Al-Qur'an, karena untuk merasakan manfaatnya harus berusaha
memahami dan merenungkan setiap ayatnya. Dengan memahami isi Al-Qur'an, kita
bisa membersihkan hati dan memperbaiki akhlak. Selain itu, membaca
Al-Qur'an juga dapat membangun ruhani, jiwa, dan mental yang sehat. Ketika jiwa
seseorang sehat, fisiknya juga akan menjadi lebih sehat.
Pesan terakhir, tidak
ada batas usia dalam mempelajari Al-Qur'an. Rasulullah Saw. memerlukan
waktu 23 tahun untuk menghafal Al-Qur'an yang dimulai pada usia 40
tahun. Proses turunnya Al-Qur'an telah menumbuhkan tradisi baru di kalangan
umat Islam, yaitu membaca dan menulis. Ini adalah peradaban baru yang
dibangun dengan kekuatan ilmu.
Dengan membaca
Al-Qur'an, kita tidak hanya memperdalam iman dan takwa, tetapi juga membangun
peradaban manusia yang lebih maju dan berkualitas. Semoga kita semua senantiasa
diberikan taufik dan hidayah untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup.
Tulis Komentar