Penulis: Dinar Meidiana
Surakarta - Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi salah satu organisasi
masyarakat yang memiliki peran besar terhadap pencegahan dan penanggulangan
persoalan lingkungan hidup. Bukan hal baru bagi Muhammadiyah dan Aisyiyah berkiprah
untuk kesejahteraan masyarakat melalui studi lingkungan hidup.
Hal itu disampaikan Direktur Eco Bhinneka Hening Parlan dalam Jambore Ke-2 Media
Afiliasi Muhammadiyah di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS),
Minggu (25/08/2024).
Muhammadiyah sejak 1919 telah menjadikan isu lingkungan
hidup sebagai program, bahkan sejak awal berdiri, Muhammadiyah membentuk
Penolong Kesengsaraan Oemat.
Program terkait isu lingkungan hidup dan kesejahteraan
keluarga terus berkembang di Muhammadiyah, hingga pada 2010 dibentuk Majelis
Lingkungan Hidup.
“Sebelum negara, Muhammadiyah lebih dulu memiliki kepedulian
terhadap isu lingkungan hidup karena pembahasan dan programnya sudah ada sejak 1918,” kata Hening.
Muhammadiyah maupun Aisyiyah memberikan kontribusi untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangan bencana akibat kerusakan lingkungan melalui
kajian ilmiah dan program-program berbasis komunitas dan keluarga.
Oleh karenanya, Hening menegaskan kembali bahwa Muhammadiyah
dan Aisyiyah tidak tiba-tiba punya lembaga yang membahas isu lingkungan hidup atau
perubahan iklim dan upaya itu perlu didukung oleh peran seluruh elemen.
“Tidak bisa pekerjaan ini diserahkan pada MLH, tetapi kita
harus membangun ekosistem lingkungan bahwa kita kunci dan merangkul sekian
banyak lembaga, berjuta-juta orang, untuk ikut bergerak bersama,” ungkap
Hening.
Hening menekankan pentingnya peran jurnalis yang dapat
membangun gerakan komunitas Muhammadiyah untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan iklim.
“Urusan perubahan iklim tidak boleh tiba-tiba hancur karena
misalnya urusan tambang. Kita harus sepakat bahwa urusan lingkungan hidup tidak
bisa berhenti. Kalau kerusakannya semakin buruk, maka semakin mengerikan,”
pungkas Hening.
Tulis Komentar