Sungai Ciliwung dan Dinamika Sosial

$rows[judul] Keterangan Gambar : Sungai (Foto: freepik)

Penulis: Hamdanil Abror, Mahasiswa Prodi Ilmu Politik UMJ, Penerima Beasiswa Youth Leader Scholarship UMJ

Penyebab utama banjir, bencana alam tanpa henti, dan banyak sentimen negatif masyarakat pada Sungai Ciliwung, mencari pembenaran dengan menyalahkan alam, seolah bencana (banjir) datang begitu saja tanpa adanya sebab.

Namun sadarkah kita, bahwa penyebab banjir datang, salah satunya adalah kelalaian kita dalam menjaga lingkungan sekitar?

Sungai Ciliwung mengalir sepanjang 119 km melintasi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan DKI Jakarta. Sungai ini menjadi penyalur resapan air utama ketika hujan bagi wilayah Jabodetabek yang jumlah pepohonan dan resapan air yang masih kurang.

Beberapa tahun terakhir, kita dapat melihat perubahan dalam dinamika sosial masyarakat di sekitar Sungai Ciliwung, seperti kurangnya kesadaran akan alam sekitar, terbentuknya organisasi dan komunitas lingkungan, imbauan untuk  peduli lingkungan, kesadaran masyarakat yang mulai berkembang.

Lingkungan yang sudah memberikan kita banyak sekali manfaat, sering kali terabaikan. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya melestarikan lingkungan, berakibat sangat fatal terhadap kehidupan baik kepada manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Contoh kecilnya, membuang sampah sembarangan dan penebangan pohon liar menjadi sebuah kebiasaan normal. Hal itu menyebabkan edukasi alam sulit untuk diinternalisasi dan diterapkan.

Normalisasi yang dilakukan oleh individu dan kelompok menjadi masalah tersendiri bagi aktivis lingkungan seperti KCD. Maka dari itu kita butuh aktor yang berperan dalam menggerakkan sebuah komunitas masyarakat.

Dalam konteks Sungai Ciliwung, Kota Depok khususnya memiliki aktor itu. Salah satunya Komunitas Ciliwung Depok (KCD). KCD adalah salah satu komunitas yang terbentuk atas kepedulian pendiri dan anggotanya terhadap kelestarian lingkungan, khususnya Sungai Ciliwung.

Masyarakat menjaga alam sekaligus memberikan edukasi pada masyarakat sekitar agar lebih peduli terhadap lingkungan. Hal ini membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Mereka mulai menyadari kesalahan mereka di masa lalu, dan mulai berbenah ke arah yang lebih baik. Ada beberapa titik pembuangan sampah yang dibersihkan dan ditutup agar Sungai Ciliwung lebih asri.

KCD menjadi contoh bagi masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga alam, walau masih belum menjangkau tempat yang jauh, anggota KCD optimis terhadap masyarakat yang lebih maju.

Perlu kita ketahui, pada era yang sudah modern ini, kita dapat mengimbau masyarakat dengan lebih mudah. Adanya teknologi internet bukan hanya mempermudah, tapi juga memperluas jangkauan masyarakat yang dapat dihimbau akan pentingnya menjaga alam.

Edukasi dari berbagai pihak mulai dari organisasi, gerakan maupun komunitas secara langsung maupun melalui media sosial, menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga alam sekitar.

Lahirnya kesadaran masyarakat, memberi dampak positif bagi alam, hewan dan tumbuhan. Dinamika sosial di Sungai Ciliwung, menggambarkan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) di kalangan masyarakat khususnya di sekitar Sungai Ciliwung, walau masih terlalu dini untuk dibanggakan.

Namun dengan adanya organisasi, komunitas dan platform media sosial, yang terus menghimbau masyarakat, tidak menutup kemungkinan untuk Indonesia bebas sampah, dan bahkan bisa diolah kembali menjadi barang olahan yang menarik.

Editor: Dinar Meidiana


 

 

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)